Penulisan Kata Serapan
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Sering
kali kita mendengar orang-orang Indonesia yang menggunakan bahasa yang tidak
baku dalam kegiatan-kegiatan resmi atau menggunakan kata serapan yang salah,
bahkan dalam penulisanpun masih terjadi kesalahan penggunaan tanda baca,
sehingga mengakibatkan kesalahan makna, padahal Pemerintah Indonesia telah
membuat aturan-aturan resmi tentang tata bahasa baik itu kata serapan maupun
penggunaan tanda baca.
Pelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya
sudah diajarkan sejak dari Sekolah Dasar (SD) sampai ke perguruan tinggi. Tapi
kesalahan ini masih sering terjadi, bahkan berulang-ulang kali. Ketidak fahaman
terhadap tata bahasa Indonesialah yang mengakibatkan orang-orang sering
melanggar aturan resmi yang telah dibuat pemerintah tentang tata bahasa Indonesia. Yang
mengkhawatirkan ialah ketika aturan ini terlalu sering diacuhkan oleh
masyarakat Indonesia, karena salah satu dampak negatifnya ialah hal ini akan
dianggap lazim oleh masyarakat Indonesia terlebih lagi oleh anak-cucu yang akan
menjadi penerus negeri ini, karena akan mempersulit masyarakat dalam
berkomunikasi.
Maka
dari itu dalam makalah ini, penulis akan memaparkan bagaimana tata bahasa yang
benar tentang kata serapan dan tanda-tanda baca, sehingga kita memahami dan dapat
menerapkan aturan berbahasa yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari
terlebih dalam acara-acara resmi. Karena Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia telah membuat keputusan Nomor 0543a/U/1987,
tanggal 9 September 1987, dicermatkan pada Rapat Kerja ke-30 Panitia Kerja Sama
Kebahasaan di Tugu, tanggal 16-20 Desember 1990 dan diterima pada Sidang Ke-30
Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia di Bandar Seri Begawan,
tanggal 4-6 Maret 1991, tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indoensia yang
Disempurnakan. Berarti adanya keseriusan dari pihak Pemerintah tentang Ejaan
dan Tata Bahasa Indonesia dan harus kita terapkan.
A.
PERMASALAHAN
Permasalahan yang
akan dibahas dalam makalah tentang enulisan kata serapan dan penggunaan tanda
baca ini ialah:
a.
Apa yang dimaksud dengan kata serapan dan tanda
baca.
b.
Apa saja kegunaan dari kata serapan dan tanda-tanda
baca.
c.
Apa saja jenis-jenis dari kata serapan dan tanda baca.
d.
Apa saja contoh-contoh penggunaan dari kata serapan dan
tanda baca.
B.
TUJUAN
Makalah ini disusun agar kita semua lebih memahami tentang tata bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar dalam setiap komunikasi, kita akan dipermudah dengan adanya satu bahasa yang baku dan dapat dimengerti oleh setiap golongan masyarakat Indonesia serta mempermudah dalam mencari referensi, karena segala hal tentang kata serapan dan penggunaan tanda baca telah terangkum dalam satu makalah ini.
Makalah ini disusun agar kita semua lebih memahami tentang tata bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari agar dalam setiap komunikasi, kita akan dipermudah dengan adanya satu bahasa yang baku dan dapat dimengerti oleh setiap golongan masyarakat Indonesia serta mempermudah dalam mencari referensi, karena segala hal tentang kata serapan dan penggunaan tanda baca telah terangkum dalam satu makalah ini.
Dan ini juga akan
dipersentasikan dikelas dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Serta penyusun
mengharapkan dengan makalah ini dapat menyadarkan kepada seluruh masyarakat
Indonesia tentang bagaimana pentingnya penggunaan tata bahasa yang benar,
sehingga selanjutnya Pemerintah Indonesia dapat menerapkan keputusan Menteri
pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0543a/U/1987, tanggal 9
September 1987, tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indoensia yang Disempurnakan.
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Penulisan Kata Serapan
Kata
serapan adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing atau bahasa daerah,
lalu digunakan dalam bahasa Indonesia. Dilihat dari tarap penyerapannya ada
tiga macam kata serapan. Yaitu:
1.
Kata-kata
yang sudah sepenuhnya diserap ke dalam Indonesia . kata-kata ini sudah lazim
dieja secara Indonesia, sehingga sudah tidak dirasakan lagi kehadirannya
sebagai kata serapan. Misalnya kata-kata kabar, sirsak, iklan, perlu,
hadir, badan, waktu, kamar, botol, dan ember.
2.
Kata-kata yang masih asing, tetapi digunakan dalam
konteks bahasa Indonesia. Ejaan dan pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Misalnya shuttle cock, knock out, time out, check in, door to door. Dalam kelompok ini termasuk kata-kata yang
dipertahankan keasingannya karena sifat keinternasionalannya, seperti
istilah-istilah musik andante, moderate, adagio, dan sebagainya.
3.
Kata-kata asing yang untuk kepentingan peristilahan,
ucapan dan ejaannya disesuaikan dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Dan hal
ini perubahan ejaan itu dibuat seperlunya saja sehingga bentuk Indonesianya
masih dapat dibandingkan dengan bentuk bahasa aslinya. Misalnya aki (accu),
komisi (comission), psikologi (psychology), dan fase (phase).
A.1 Kaidah Penyesuaian Ejaan Kata Serapan Penyesuaian ejaan unsure serapan dilakukan
dengan kaidah sebagai berikut:
1. Aa menjadi a Paal pal Octaaf oktaf
2. Ae tetap ae, jika tidak bervariasi dengan
e aerobe aerob aerodynamics aerodinamika
3. Ae menjadi e jika bervariasi dengan e haemoglobin
hemoglobin haematite hematif
4. Ai tetap ai trailer trailer caisson kaison
5. Au tetap au audiogram audiogram hydraulic hidralik
6. C di muka a, u, o dan konsonan menjadi k cubic
kubik crystal kristal
7.
C di muka e,
i, dan y menjadi s central sentral cent sen
8.
Cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k Accommodation akomodasi acclamation aklamasi
9.
Cc di muka e dan i menjadi ks Accent aksen Vaccine vaksin
10.
Ch dan cch di
muka, a, o, dan konsonan menjadi k Saccharin
sakarin
11.
ch yang lafalnya s atau sy, menjadi s echelon eselon machine mesin
12.
ch, yang lafalnya c menjadi c china cina check cek
13.
c (Sansekerta) menjadi s Cabda sabda Castra sastra
14. e dan ee menjadi e System system Apotheek
apotek
15. ea tetap ea idealist idealis
16. ei tetap ei eicisane eikosan einsteinium
einsteinium
17. eo tetap eo Stereo stereo geometry
geometri
18. eu tetap eu Neutron neutron eugenol
eugenol
19. f tetap f Factor faktor Fossil fosil
20. gh menjadi g sorghum sorgum
21.
pada awal
suku kata di muka vocal, tetap i Ion ion
22.
22. ie jika lafalnya i menjadi i politiek politik riem rim
23.
ie tetap ie jika
lafalnya bukan i Patient pasien carrier karier
24.
kh (Arab) tetap
kh Akhir akhir Tarikh tarikh
25.
ng tetap ng Congress kongres Contingent kontingen 7
26.
oo (Belanda)
menjadi o komfoor komfor provoost provos
27.
27. oo (Inggris) menjadi u Cartoon kartun proof pruf
28.
oo (vokal ganda)
tetap oo coordination koordinasi zoology zoology
A.2. Kaidah Penyesuaian Akhiran
Asing
Akhiran-akhiran dari bahasa asing diserap sebagai bagian kata yang utuh. Jadi,. Kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh di samping diserap juga kata standar, implement, dan objek.
Kaidah Penyesuaian akhiran asing adalah sebagi berikut:
1) -aat menjadi –at Advokaat advokat
2) -age menjadi –ase Percentage persentase
3) -air, -ary menjadi –er Primair, primary primer
4) -ant menjadi –an Informant informan 8
5) -archie, archy menjadi –arki Monarchie monarki
6) -(a)tie, (a)tion, menjadi –asi, -si Publicatie, publication publikasi
7) -eel, -aal, -el menjadi –al Structureel, structural
Akhiran-akhiran dari bahasa asing diserap sebagai bagian kata yang utuh. Jadi,. Kata seperti standardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara utuh di samping diserap juga kata standar, implement, dan objek.
Kaidah Penyesuaian akhiran asing adalah sebagi berikut:
1) -aat menjadi –at Advokaat advokat
2) -age menjadi –ase Percentage persentase
3) -air, -ary menjadi –er Primair, primary primer
4) -ant menjadi –an Informant informan 8
5) -archie, archy menjadi –arki Monarchie monarki
6) -(a)tie, (a)tion, menjadi –asi, -si Publicatie, publication publikasi
7) -eel, -aal, -el menjadi –al Structureel, structural
8) -ein tetap –ein Protein protein
9) -eur, or menjadi –ur Directeur direktur
10) -or tetap –or Dictator dictator
9) -eur, or menjadi –ur Directeur direktur
10) -or tetap –or Dictator dictator
Aturan Penggunaan
Tanda Baca itu adalah:
B1. Tanda Titik
a. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya:
1) W.S. Rendra
2) Abdul Hadi W.M.
b. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
1) Dr. (doctor)
2) Kol. (colonel)
3) Ny. (nyonya)
B1. Tanda Titik
a. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya:
1) W.S. Rendra
2) Abdul Hadi W.M.
b. Tanda titik dipakai pada singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Misalnya:
1) Dr. (doctor)
2) Kol. (colonel)
3) Ny. (nyonya)
c.
Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah umum, yang
itulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
1) s.d. (sampai dengan)
1) s.d. (sampai dengan)
2) a.n. (atas nama)
d. Tanda titik digunakan pada angka yang
menyatakan jumlah untuk memisahkan ribuan, jutaan, dan seterusnya
Misalnya:
1) Tebal buku itu 1.150 halaman.
1) Tebal buku itu 1.150 halaman.
2) Dono membeli minyak sebanyak 1.000 liter
e. Tanda titik tidak digunakan pada singkatan
yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku kata dan pada singkatan yang
dieja seperti kata (akronim).
Misalnya:
1) DPR
2) ABRI
Misalnya:
1) DPR
2) ABRI
f. Tanda titik
tidak digunakan di belakang singkatan lambing kimia, satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang.
Misalnya:
1) Lambang Cu adalah lambing kuprum
2) Dia mambeli 10 kg emas
Misalnya:
1) Lambang Cu adalah lambing kuprum
2) Dia mambeli 10 kg emas
g. Tanda titik
tidak digunakan di belakang judul yang merupakan kepala karangan, kepala
ilustarasi tabel, dan sebagainy.
Misalnya:
1) Azab dan Sengsara
2) Wanita Indonesia di Pentas Sejarah
Misalnya:
1) Azab dan Sengsara
2) Wanita Indonesia di Pentas Sejarah
h. Tanda titik
tidak digunakan di belakang alamt pengirim dan tanggal surat serta di belakang
nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
1) Jalan Harapan III/AB 19
2) Jakarta, 10 Agustus 1998
Misalnya:
1) Jalan Harapan III/AB 19
2) Jakarta, 10 Agustus 1998
B.2. Tanda koma
Tanda koma
digunakan:
a. di
antara unsur-unsur dalam suatu pembilangan.
Contoh:
1) Adik membawa piring, gelas, dan teko.
2) Satu, dua, tiga,…empat!
1) Adik membawa piring, gelas, dan teko.
2) Satu, dua, tiga,…empat!
b. Untuk
memisahkan bagian-bagian kalimat majemuk setara yang dihubungkan dengan kata penghubung yang menyatakan
pertentangan seperti tetapi dan sedangkan.
Contoh:
1) Saya ingin pergi, tetapi tidak punya uang.
Contoh:
1) Saya ingin pergi, tetapi tidak punya uang.
c. Untuk memisahkan
anak kalimat dan induk kalimat apabila anak kalimat itu mendahului induk
kalimatnya.
Contoh:
1) Kalau dia datang, saya akan datang
2) Karena sibuk, dia lupa akan janjinya.
d. Di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, yang terdapat pada awal kalimat, seperti jadi, lagipula, oleh karena itu, akan tetapi, meskipun begitu.
Contoh:
1) Jadi, soalnya tidaklah semudah itu.
2) Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
e. Di balakang kata-kata seru, sperti O, ya, wah, aduh, yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
1)Wah, bukan main.
2)Aduh, mengapa jadi begitu?
Contoh:
1) Kalau dia datang, saya akan datang
2) Karena sibuk, dia lupa akan janjinya.
d. Di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat, yang terdapat pada awal kalimat, seperti jadi, lagipula, oleh karena itu, akan tetapi, meskipun begitu.
Contoh:
1) Jadi, soalnya tidaklah semudah itu.
2) Oleh karena itu, kita harus hati-hati.
e. Di balakang kata-kata seru, sperti O, ya, wah, aduh, yang terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
1)Wah, bukan main.
2)Aduh, mengapa jadi begitu?
f. Untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Contoh:
1) Kata ibu, “saya senang sekali”
2) “saya akan pergi sekarang juga,” kata adik kepada ibu.
Contoh:
1) Kata ibu, “saya senang sekali”
2) “saya akan pergi sekarang juga,” kata adik kepada ibu.
g. Di
muka angka persepuluh, dan di antara rupiah dengan sen.
Contoh:
1) 12,25 cm
2) Rp 125,50
Contoh:
1) 12,25 cm
2) Rp 125,50
h. Di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya, untuk membedakannya dari singkatan nama keluarga atau marga.
Contoh:
1) Moh. Bakri, S.H.
2) Ny. Suhartina, S.P.
Contoh:
1) Moh. Bakri, S.H.
2) Ny. Suhartina, S.P.
i. Untuk mengapit keterangan tambahan dan
keterangan aposisi.
Contoh:
1) Guru saya, Pak Ahmad, rajin sekali.
2) Di daerah kami, umpamanya, masih sering terjadi pencurian.
Contoh:
1) Guru saya, Pak Ahmad, rajin sekali.
2) Di daerah kami, umpamanya, masih sering terjadi pencurian.
j. Di antara: (a) nama dan alamat, (b)
bagian-bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, dan (d) nama dan tempat wilayah
atau negeri yang ditulis berurutan.
Contoh:
- Sdr. Munadi, Jalan Pemuda 26, Jakarta Timur
- Dekan Fakulatas Kedokteran, Universitas Indonesia
Jalan Raya Salemba4, Jakarta
- Jakarta, 9 Agustus 1999
- Kuala Lumpur, Malaysia
Contoh:
- Sdr. Munadi, Jalan Pemuda 26, Jakarta Timur
- Dekan Fakulatas Kedokteran, Universitas Indonesia
Jalan Raya Salemba4, Jakarta
- Jakarta, 9 Agustus 1999
- Kuala Lumpur, Malaysia
k. Untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunanya dalam Daftar Pustaka.
Contoh:
- Siregar, Merari, Azab dan Sengsara. Jakarta, Balai Pustaka,1954
l. Di antara nama tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahu penerbitan, dalam suatu Daftar Pustaka.
Contoh:
- Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka, 1976.
Contoh:
- Siregar, Merari, Azab dan Sengsara. Jakarta, Balai Pustaka,1954
l. Di antara nama tempat penerbitan, nama penerbit, dan tahu penerbitan, dalam suatu Daftar Pustaka.
Contoh:
- Poerwadarminta, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka, 1976.
B.3. Tanda Hubung
Tanda hubung digunakan:
a. untuk menyambung bagian-bagian bentuk ulang dan kata ulang.
Tanda hubung digunakan:
a. untuk menyambung bagian-bagian bentuk ulang dan kata ulang.
Contoh:
Sia-sia
Baik-baik
Sia-sia
Baik-baik
b. tanda hubung
dipakai untuk merangkaikan (a) se dengan kata berikutnya yang dimulai dengan
huruf capital, (b) ke dengan angka, (c) angka dengan-an, dan (d) singkatan
huruf capital dengan imbuhan kata.
Contoh:
1) Besok akan diadakan lomba menari se-Jawa Tengah.
2) Ke-15 orang itu berasal dari Indonesia
3) Paman mempunyai sepeda tahun 70-an
4) Warga Palembang yang sudah dewasa diwajibkan ber-KTP Palembang.
5) Pemberontakan itu dikenal dengan G-30-S PKI.
Contoh:
1) Besok akan diadakan lomba menari se-Jawa Tengah.
2) Ke-15 orang itu berasal dari Indonesia
3) Paman mempunyai sepeda tahun 70-an
4) Warga Palembang yang sudah dewasa diwajibkan ber-KTP Palembang.
5) Pemberontakan itu dikenal dengan G-30-S PKI.
B.4. Tanda Titik
Dua
a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu
pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian
atau pemerian.
Contoh:
- Fakultas syariah mempunyai tiga jurusan: Perbankan, Muamalah, dan Ekonomi Islam.
Contoh:
- Fakultas syariah mempunyai tiga jurusan: Perbankan, Muamalah, dan Ekonomi Islam.
B.5. Tanda Titik Koma
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
- Para pemikir mengatur startegi dan langkah yang harus ditempuh;para pelaksana mengerjakan tugas sebaik-baiknya;para penyandang dana menyediakan biaya yang diperlukan.
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh:
- Para pemikir mengatur startegi dan langkah yang harus ditempuh;para pelaksana mengerjakan tugas sebaik-baiknya;para penyandang dana menyediakan biaya yang diperlukan.
B.6. Tanda Pisah
Digunakan untuk membatasi penyisipan kata atau ungkapan yang memberi penjelasan khusus terhadap kalimat yang disisipinya.
Contoh:
- Kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan tercapai diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
- Bus Kramatjati jurusan Banjar-Jakarta.
Digunakan untuk membatasi penyisipan kata atau ungkapan yang memberi penjelasan khusus terhadap kalimat yang disisipinya.
Contoh:
- Kemerdekaan bangsa itu-saya yakin akan tercapai diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
- Bus Kramatjati jurusan Banjar-Jakarta.
B.7. Tanda seru
Digunakan sesudah kalimat, ungkapan, atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah.
Contoh:
- Alangkah besarnya mobil itu!
- Berangkatlah sekarang juga!
- Merdeka!
Digunakan sesudah kalimat, ungkapan, atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah.
Contoh:
- Alangkah besarnya mobil itu!
- Berangkatlah sekarang juga!
- Merdeka!
B.8. Tanda Petik
Digunakan untuk mengapit petikan langsung, judul syair, karangan, istilah yang mempunyai arti khusus.
Contoh:
- Ia memakai celana “cubrai”
- Sajak “Aku” karangan Chairil Anwar
Digunakan untuk mengapit petikan langsung, judul syair, karangan, istilah yang mempunyai arti khusus.
Contoh:
- Ia memakai celana “cubrai”
- Sajak “Aku” karangan Chairil Anwar
B.9. Tanda Petik
Tunggal
Digunakan untuk mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh:
- Lailatul Qadar ‘malam seribu bulan’
Digunakan untuk mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
Contoh:
- Lailatul Qadar ‘malam seribu bulan’
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Begitu
banyak kesalahan yang seringkali kita lakukan tentang penggunaan kata serapan
dan tanda baca baik disengaja maupun tidak disengaja. Maka dengan dibuatnya
makalah ini pennyusun berharap kita dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang
kita lakukan.
Bangsa Indonesia memang banyak sekali mengambil kata-kata asing ataupun kata daerah Salah satu bentuk perkembangan bahasa Indonesia adalah berupa penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa-bahasa asing pemberi pengaruh. Begitu juga dengan penggunaan tanda-tanda baca. Karena dengan salahnya penggunaan tanda baca, maka akan menimbulkan makna ganda dalam kalimat tersebut.
Bangsa Indonesia memang banyak sekali mengambil kata-kata asing ataupun kata daerah Salah satu bentuk perkembangan bahasa Indonesia adalah berupa penyerapan kata ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa-bahasa asing pemberi pengaruh. Begitu juga dengan penggunaan tanda-tanda baca. Karena dengan salahnya penggunaan tanda baca, maka akan menimbulkan makna ganda dalam kalimat tersebut.
Komentar
Posting Komentar